Seblak menjadi salah satu hidangan yang paling banyak dibicarakan dalam satu dekade terakhir, di antara beragam kuliner nusantara yang terus berkembang. Dari warung kaki lima hingga kedai modern, dari kota kecil hingga pusat keramaian, seblak telah menjelma menjadi sajian favorit berbagai kalangan. Namun di balik popularitas tersebut, ada satu variasi yang memiliki karakter rasa tersendiri yaitu Seblak Sukabumi. Makanan ini bukan sekadar hidangan pedas untuk memuaskan selera, melainkan representasi budaya kuliner yang hidup di tengah keseharian masyarakat Sukabumi.
Gambar 1 Seblak Seuhah 06 di Kota Sukabumi (foto pribadi)
Sebelum kuahnya tersaji di mangkuk, Seblak Sukabumi sudah lebih dulu memperkenalkan diri melalui aromanya. Wajan panas yang bertemu dengan bumbu halus kencur menghasilkan wangi tajam yang menjadi ciri khas hidangan ini. Tidak seperti sebagian daerah lain yang menggunakan kencur dalam jumlah minimal, masyarakat Sukabumi justru menjadikannya sebagai penanda identitas. Aromanya kuat, segar, dan menghadirkan sensasi hangat yang membuat siapa pun yang melintas di dekat warung seblak berhenti sejenak untuk menebak dari mana wangi itu berasal.
Meski seblak dikenal sebagai kuliner khas Bandung, versi Sukabumi memiliki karakter yang cukup menonjol. Kuahnya cenderung lebih pekat dan berwarna kemerahan, hasil perpaduan cabai merah, bawang, dan rempah yang ditumis hingga mengeluarkan minyak. Sementara seblak dari daerah lain biasanya menawarkan rasa pedas dengan sentuhan gurih ringan, Seblak Sukabumi lebih kompleks pedas yang dalam, gurih yang tebal, serta aroma kencur yang menancap tajam di lidah.
Keunikan ini tidak terjadi begitu saja. Sukabumi sebagai daerah pegunungan memiliki suhu yang relatif lebih dingin, sehingga masyarakat setempat terbiasa menikmati hidangan yang bisa menghangatkan tubuh. Pedas menjadi elemen penting bukan hanya untuk rasa, tetapi juga untuk kenyamanan dan kebiasaan.
Meski kerupuk basah atau tetap menjadi inti dari seblak, isian dalam Seblak Sukabumi sangat bervariasi, bahkan terus berkembang seiring selera generasi muda. Para pedagang seblak di kota ini dikenal kreatif dalam memadukan bahan-bahan ceker yang dimasak hingga tulangnya lunak, makaroni yang menyerap bumbu pedas, bakso dan siomay yang menambah rasa gurih, telur kocok yang menyatu dengan kuah pekat, hingga topping-topping kekinian.
Kreativitas ini membuat satu porsi seblak tidak hanya menjadi makanan, tetapi juga pengalaman. Setiap pengunjung dapat menyesuaikan tingkat pedas, jenis isian, hingga kuah sesuai selera. inilah yang membuat seblak mudah diterima oleh berbagai kalangan usia.
Bagi masyarakat Sukabumi, seblak lebih dari sekadar makanan tren, seblak hadir dalam kehidupan sehari-hari sebagai teman siang hari dan dinginnya sore hari, pengisi waktu istirahat di sela aktivitas sekolah atau kerja, atau kuliah hingga makanan santai saat berkumpul bersama teman. Warung-warung seblak sering kali menjadi tempat bertemunya anak muda, lengkap dengan tawa, obrolan, dan cerita yang mengalir.
Seblak juga merupakan kuliner Jawa Barat. Di Sukabumi, seblak adalah sebuah hidangan sederhana yang mampu menciptakan kenangan dan memiliki perpaduan rasa yang kuat, pengalaman menyantap yang unik.
Bagi yang pertama kali mencicipi, sensasinya mungkin mengejutkan. Pedas manis dan aromanya yang menembus, dan kuahnya memenuhi lidah dengan rasa yang intens. Namun justru intensitas itu yang membuat banyak orang kembali mencarinya.
Seblak Sukabumi adalah bukti bahwa kuliner bukan hanya soal bahan dan cara memasak, tetapi juga tentang konteks budaya dan lingkungan yang melingkupinya. Seblak lahir dari keseharian masyarakat, berkembang melalui kreativitas generasi muda, dan akhirnya menjadi ikon rasa yang mewakili kota Sukabumi.
Tengah pesatnya kuliner modern, Seblak Sukabumi tetap mempertahankan jati diri pedas, gurih, manis dan selalu menggugah selera. Sebuah hidangan sederhana yang membawa cerita panjang tentang kota, masyarakat, dan kenangan yang tertinggal di setiap suapannya.
Penulis: Gia Fitria Anggraini